Jumat, Desember 18, 2009

hanya sebuah kamar

Kamar saya hanya sebuah ruangan tidak berpintu berukuran 3x4 meter dengan hiasan berwarna ungu dan bergelantungan boneka monyet. Kamar saya sumpek karena diisi dengan banyak barang-barang. Ada computer, tape yang lumayan menyempitkan, meja besar untuk belajar, meja untuk simpen boneka-boneka kesayangan, tempat tidur, lemari yang umurnya lebih tua dari saya, dan dua kursi. Saya butuh sesuatu yang baru di kamar. Sumpek.


Akhir-akhir ini saya merasa tidak nyaman dengan kamar saya sendiri. Saya sudah tidak bisa lagi meluapkan semua emosi saya di kamar.


Kamar saya ini menjadi ruangan yang sudah tidak lagi bisa dibilang pribadi. Semua orang di rumah bisa lewat gitu aja Cuma buat menjemur pakaian. Apalagi sekarang, computer saya memang tidak canggih-canggih amat, tetapi karena sekarang sudah sering dipakai untuk kepentingan bersama, maka kamar saya lebih sering dikunjungi oleh orang-orang yang ada di rumah.


Untuk meluapkan emosi, sudah tidak bisa. Saya cengeng, sering rasanya saya ingin menangis, tetapi sekarang tidak lagi bisa dilakukan di kamar. Saya sering merasa ingin berdiam diri di kamar. Hal yang paling saya sering lakukan apabila sedang berada di kamar dan saya merasa emosi saya tidak baik, saya akan shalat dan mengeluh kepada-Nya hingga meneteskan air mata. Sekarang sudah tidak pernah saya lakukan lagi. Untuk menenangkan perasaan saya sendiri, saya tidak tahu, tidak ada tempat lagi. Saya pernah bercita-cita pergi keluar rumah sedirian tengah malam hanya untuk meluapkan kekesalan, tetapi tidak pernah bisa, karena tidak pernah mendapatkan izin. Kamarlah satu-satunya pilihan saya waktu itu, sekarang entahlah.


Saya suka keramaian, tetapi ada saatnya juga saya butuh untuk sendirian. Saya butuh kamar. Kamar adalah satu-satunya tempat yang bisa saya gunakan untuk beristirahat, tetapi sekarang, sirna. Hanya untuk beristirahat pada saat pulang kuliah saja, saya harus menumpang di kamar ibu untuk dapat bersandar dan meluruskan kaki. Kamar hanyalah tempat dimana ada kasur dan bantal yang sering saya pakai, itu saja.


Untuk mengerjakan tugas-tugas, sudah tidak nayaman lagi. Saya termasuk orang yang tidak suka apabila saya mau belajar dan tempat yang akan saya gunakan itu berantakan karena orang lain, saya menjadi kesal sendiri karena harus merapihkan apa yang seharusnya tidak saya lakukan pada saat itu.


Saya butuh kamar pribadi saya kembali berfungsi.

Kamis, Desember 17, 2009

Jawaban atas Pertanyaan

Ada rasa yang amat menusuk dan tidak bisa dipercaya, kebohongan dan ketulusan yang semu. Mungkin itu lah yang terbaik. Sakit memang, tapi itulah yang terbaik yang harus saya dapatkan.

Pernah saya bertanya, kenapa semua ini harus terjadi pada saya? Kenapa harus saya? Kenapa bukan orang lain yang mengalami apa yang saya rasakan? Apa saya bisa mengatasinya? Kenapa harus seperti ini masalah yang saya hadapi? Kenapa-kenapa-kenapa dan kenapa? Pertanyaan serupa itu selalu ada dibenak saya. Dan jawabannya adalah bersyukur.

Bersyukurlah karena masih diberi kenikmatan, diberi rasa bahagia, diberi rasa nyaman dan rasa aman. Semua ini tidak datang dengan sia-sia, pasti akan ada hasil yang bermanfaat di balik semua yang di dapat.

Mendapatkan suatu pengalaman yang lebih dibanding orang lain, maka bersyukurlah, karena kita mendapatkan sesuatu yang lebih. Belum tentu orang lain pernah merasakan apa yang kita rasakan, maka bersyukurlah. Belum tentu orang lain dapat mengatasi apa yang pernah menjadi masalah kita, maka bersyukurlah.

Semoga semua ini bisa diambil hikmahnya.