Selasa, Agustus 24, 2010

suka-gak suka, hargai.

Cara setiap orang berbicara, bersikap, bersenda-gurau, berlutut, bernyanyi, bermain, bergaul, berteman, bersuka-cita, berjingkrak, bersalaman, berdampingan, bersinggungan, dan ber-ber lainnya, itu pasti berbeda. Setiap orang memiliki ke-khas-an masing-masing. Tidak akan ada yang sama kesemuanya.

Ada orang yang suka, ada juga yang gak suka.
Ada orang yang cinta, ada juga yang benci.
Ada orang yang sayang, ada juga yang jijik.
Ada orang yang dihormati, ada juga yang mencemooh.


Setiap orang pasti tidak akan ada yang sempurna, pasti memiliki kekurangan. Dibalik kekurangannya itu, pasti terdapat kelebihan.
Tidak akan ada orang yang selalu bersikap seperti apa yang kita harapkan, karena pada dasarnya setiap orang memiliki "ego" yang berbeda.


Tidak melihat seseorang dari kekurangannya merupakan hal yang luar biasa.
Melihat seseorang dari kelebihannya dan menjadikan kekurangannya sebagai suatu kelebihannya juga, merupakan suatu hal yang sangat luar biasa.



Sang Maha Sutradara dan Sang Maha Pembuat Naskah telah menyiapkan ending yang terbaik bagi peran yang kita mainkan sekarang.

Sabtu, Agustus 07, 2010

Ocehan Kemaren Malem

* hajuuh, gini yah rasanya gak punya pulsa.
* seisi rumah gak punya pulsa juga.
* mau ol pun, gak ada kuotanya.
* nunggu ada yang nelepon. di tungguin sampe jam 2, gak ada telepon juga.
* pengen ngabarin orang, mana bisa?
* liat-liat hp, yang gak bunyi-bunyi.
* no sms, no tevon, no-no-no..

-----

* makin malem, makin dingin. Pori-pori membesar.
* NO CONTEST, filmnya bagus juga.
* setengah 3, it's time to sleep.
* pantesan aja dingin, pintu kamar gak di tutup. Bodor.
* Buku-buku belum ada yang dirapiin, satupun, berantan semua.
* numpuk aja noh semua di meja. kaya mau ngeloak buku. aha-aha.




(copas dari note di hp)

Jumat, Agustus 06, 2010

Cuma Berharap Kayak Dulu, Gak Lebih.

Entah sejak kapan, mungkin sejak saya menghabiskan waktu saya dirumah dan mungkin sejak masalah “kamar”, pokoknya hubungan saya sama dia jadi gak baik. Lama-lama capek kalo harus ngadepin orang kaya gitu terus. Tolong lah, sebagai adik-kakak tuh yah, kita bisa akur-akur lagi. Makin gede, dia tuh makin rese, makin keras kepala, semua maunya dia harus di turutin. Kalau kata orang ini hanya sudut pandang saya aja, iya uwis, gak apa-apa. Emang ini kok yang saya rasain beberapa hari ini diem di rumah.


Kalau gak banyak-banyak istighfar, mungkin tadi saya udah banting tuh sepedah sama pintu. Untung aja saya masih bisa ngendaliin emosi. Haduh, beneran deh gak kuat. Bener-bener bingung ngadepin orang kaya dia. Di baik-baikin, kadang ngelunjak. Di kasarin, makin jadi.



Pokonya saya pengen punya kesibukan lain di luar rumah. Supaya saya gak terlalu sering buat ketemu sama dia, buat berantem sama dia. Capek, kalau terus-terusan ’makan ati’ liat sikapnya yang makin hari, makin gak sopan.


Entah deh gimana caranya supaya dia bisa lebih sopan sama orang lain.



Pokoknya, saya Cuma pengen rutinitas saya yang dulu. Jarang diem di rumah lama-lama. Mungkin dengan begitu, kita bisa lebih saling menghargai waktu yang singkat antara kakak dan adik.